Best SMM Panel

Anies Mau Dirikan Partai

Foto Anes Baswedan

Diposting  6 Views diperbarui 16 hari lalu
Image

BERSAME.COM - "Gitu, dong. Dirikan partai sendiri agar tahu rasanya ngurus partai," kata netizen yang mendukung Anies Baswedan dirikan partai politik.

Cerita mantan Capres, Anies memang tak ada habisnya. Kabar heboh terbaru ia mau mendirikan partai baru.  Konon namanya Partai Perubahan Indonesia (PPI). Bila ini benar, dari namanya saja sudah kelihatan, Anies memang ingin tampil beda. Bukan Partai Partikelir Independen, bukan pula Partai Persatuan Insan, tapi Partai Perubahan Indonesia, wak! Sebuah nama yang pastinya bikin para politikus lain manggut-manggut sambil mikir, “Duh, Anies, ini niat bikin perubahan beneran, atau cuma biar beda aja nih?”

Begini ceritanya. Sambil seruput kopi di Jalan Reformasi, kita bahas Anies pasca di-prank PDIP dibalas menge-prank PDIP juga. 1-1.  Memang banyak desakan agar Anies dirikan partai baru. Mumpung pendukungnya masih ramai. Aspirasi ini diambil karena ia mendapat dukungan dari masyarakat. Tentu, siapa lagi yang lebih paham soal aspirasi masyarakat selain politikus, kan? Dan namanya juga aspirasi, entah itu datang dari tetangga sebelah atau dari grup WhatsApp alumni, Anies tetap merasa ini tanda alam yang harus diikuti.

Kita tahu, dalam teori demokrasi, partai politik berfungsi sebagai perpanjangan tangan rakyat untuk menyalurkan suara mereka. Robert A. Dahl dalam bukunya "Polyarchy" menyebut bahwa demokrasi hanya akan bekerja jika ada partisipasi politik yang luas dan kompetisi yang sehat antar partai. Anies tampaknya ingin menunjukkan bahwa dengan PPI, dia nggak cuma jadi penonton, tapi jadi pemain utama dalam gelanggang demokrasi yang riuh ini.

Nah, bicara soal demokrasi, ada juga teori Schumpeter yang bilang bahwa demokrasi itu sebenarnya lebih soal kompetisi antar elite untuk mendapatkan suara rakyat. Mungkin ini yang ada di pikiran Anies. Kalau partai-partai yang ada sekarang udah pada monoton, yaudah, kita bikin yang baru! Siapa tahu, PPI bisa jadi "the next big thing" dalam politik Indonesia. Mungkin Anies membayangkan dirinya sebagai Schumpeterian hero yang siap berkompetisi dan memenangkan hati rakyat dengan gagasan-gagasan segar nan membahana.

Tapi, tunggu dulu. Di satu sisi, kita juga harus ingat John Locke, si bapak liberalisme, yang percaya bahwa demokrasi itu soal menjaga hak asasi individu. Apakah Anies dan PPI akan mampu menjaga prinsip-prinsip ini, atau cuma akan menambah panjang daftar partai yang ada di Indonesia? Soalnya, kalau partai cuma tambah-tambah banyak tapi nggak ada yang benar-benar bikin perubahan, apa bedanya sama nambahin bumbu di mie instan? Pedes sih, tapi perutnya masih lapar!

Bisa saja Anies mengklaim bila memang benar partai barunya bisa terwujud, akan menjadi platform yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan rakyat. Dia pasti ingin memperkuat partisipasi politik masyarakat  Tapi pertanyaannya, seberapa serius kah partisipasi ini akan didorong? Apakah Anies benar-benar akan memberikan ruang bagi rakyat untuk bersuara, atau hanya akan menjadikan mereka alat kampanye yang siap dipoles saat pemilu tiba?

Tentu saja, ini adalah pertanyaan klasik dalam demokrasi. Apa yang disebut demokrasi partisipatoris oleh teoretikus seperti Carole Pateman menuntut agar warga negara benar-benar terlibat dalam pengambilan keputusan. Bukan cuma jadi penonton pas debat capres. Jadi, kalau Anies mau sukses dengan PPI-nya, dia harus berani keluar dari zona nyaman politisi biasa dan benar-benar melibatkan rakyat dalam setiap langkahnya. Kalau nggak, yah, PPI cuma akan jadi tambahan baru dalam peta partai yang udah sesak ini.

Pada akhirnya, apakah PPI akan menjadi partai yang benar-benar membawa perubahan atau cuma nambahin drama di panggung politik? Apakah Anies Baswedan akan mampu meretas jalan demokrasi yang baru, atau malah terjebak dalam labirin politik yang sama seperti pendahulunya? 

Yang jelas, kalau Anies beneran serius, ia harus siap menghadapi tantangan besar. Demokrasi itu bukan cuma soal bikin partai dan ngomong soal perubahan. Demokrasi itu, kata Dahl, soal mendengarkan, merespons, dan melibatkan rakyat dalam proses politik dengan cara yang adil dan berkelanjutan. Kalau PPI bisa mewujudkan itu, kita patut beri acungan jempol. Tapi kalau nggak? Yah, semoga aja PPI nggak cuma jadi singkatan dari Partai Penggembira Indonesia!

Entah bagaimana nanti kelanjutan ceritanya, yang pasti, Anies Baswedan telah membuat langkah besar. Kita tunggu saja, apakah PPI akan jadi "game-changer" atau cuma "partai-partaian" yang lain.

#camanewak


infoclear

Reaksi Anda?

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 Komentar

infoclear